google.com, pub-0824692621451989, DIRECT, f08c47fec0942fa0

Waktu adalah emas

Banyak orang berkata, waktu ibarat emas. Bahkah waktu lebih berharga dari emas. Jika emas hilang bisa diganti, namun waktu tidak dapat diganti dengan apa pun. Jika waktu sudah terlewatkan, ia tidak dapat kembali sebagai mana sebelumnya. Al-Hasan berkata,
"Wahai anak Adam, sebenar kalian ini adalah hari itu sendiri. Apabila ada satu hari yang terlewatkan maka sebagian darimu juga ikut berkurang bersamanya"
Ada yang berkata, "Waktu adalah pedang, apabila kamu tidak memotongnya, maka dia yang akan memotong kamu."
Namun pada kenyataannya, keadaan kita sesungguhnya menyedihkan. Meskipun banyak ungkapan-ungkapan indah seperti itu, tapi masih banyak diantara kita yang membuang-buang waktu dengan percuma. Hal inilag yang mengilhami Ibnu Habirah untuk memberikan nasehat kepada muridnya "Wahai muridku, waktu adalah harta termahal yang seharusnya dipelihara dengan benar. Namun saya lihat, waktu bagimu adalah sesuatu yang paling mudah untuk disia-siakan"
Lalai terhadap sesuatu, berarti kita menganggap sesuatu itu tidak ada nilainya. Berbeda jika kita mengingatnya, maka hal itu menunjukkan bahwa sesuatu itu sangat punya arti.
Diantara kita terdapat orang yang pintar memanfaatkan umurnya untuk sesuatu yang maslahah. Disamping mengejar kebahagiaan duniawi, juga mementingkan kehidupan akhirat. Sebab mereka menganggap kenikmatan surga jauh lebih utama. Namun sebagian lainnya memiliki umur panjang tetapi hanya menjadi kayu bakar di neraka. Oleh sebab itu setiap detik yang berjalan untuk selalu berbuat sesuatu yang bermanfaat, baik terhadap kehidupan duniawi maupun ukhrawi. Kata seorang penyair, "Jika satu hari berlalu, sedang tanganku ini tidak membuahkan karya, dan aku tidak memperoleh ilmu sedikit pun, maka hari itu bukan milikku."
Sesuatu yang lucu tetapi dibangga-banggakan banyak orang adalah ketika seseorang merayakan ulang tahun dengan suka cita. Ia merasa sangat bergembira dan hidup terasa lebih lama lagi. Padahal sesungguhnya umurnya semakin berkurang. Bukankah yang patut mereka lakukan adalah mengoreksi diri atas hari-hari yang telah berlalu? Kata ulama sufi "Seseorang menggap ringan berlalunya malam, padahal malam-malam itu berlalu dan tidak akan pernah kembali".